Monday, December 10, 2007

Surat Untuk Aris

Mas Aris .. Mantapz banget ceritanya!!!
Jangankan kereta bisnis. Suatu kali aku & Bismo nekat numpak ekonomi. Harganya? cuma 38 ribu rupiah!! Ceritanya kami pengen 'ngecharge', selain mengenang masa2 perjuangan dulu he he ... Ga baik ya kalo kelamaan hidup di satu titik aja. Jadi, ada baiknya otak ini digoncang-goncang biar lebih peka dan kreatif.

Kami naik dari stasiun Senen. Sampe di dalam gerbong sandaran kursinya tegak semua. Tapi masih lebih bagus. Jamanku masih ngere dulu gerbong ekonomi kursinya dibikin dari rotan. Buset!! Trus, judulnya kami memang dapet seat-number, tapi pas sampe tempatnya kursinya udah dipake orang yang pastinya ga akan merasa salah. Malah dengan enteng minta maaf dan ijin untuk menduduki. Wis jan! Buru2 Bismo milih tidur di bawah pake koran. Lebih anget dan ditanggung pules les.

Sepanjang jalan ga bisa tidur. Setiap menit ada aja orang 'jualan'. Ngupoyo-upo orang Jawa bilang, atau mengais rezeki. Ngamen pasti. Ngemis ... selalu ada dengan modus operandi yang diceritakan Mas Aris. Ada puluhan malah. Jualan? Pasti. Bersih2 aisle atau koridor gerbong dengan cara glesotan dan nyapu sana-sini .. hmmm ... ga terlalu baru juga. Yang baru adalah : Setelah koridor di bersihin ada satu orang lagi yang tadinya udah nunggu di deket wc. Maka jadilah dia semprot pewangi sana-sini sambil minta uang.

Pengamen. Ada yang baik2 ada pula yang nodong. Malah ada yang gak terima dikasih 500 perak. Tapi yang paling seru adalah seperti Mas Aris bilang :pengamen bencong. Dari suaranya aja udah kedengeran sejak dia di gerbong sebelumnya. Suaranya yang bariton juga ngalahin bunyi bogie roda kereta yang "jdhar-jdher" . Nah, yang paling "mengerikan" adalah bahwa ketika setiapkali abis nerima uang, si pengamen bencong itu berucap "terimakasih suami" he he he ... Mending tidur aahh ... daripada dibilang suami ...

Yang begini ini akan ketemu waktu kereta masuk stasiun Wates pagi hari. Biasanya ada 3 waria. Pede banget, dengan dandanan yang mencolok plus "gitar" kotak kayu dengan senar karet yang hanya menghasilkan 3-4 nada, tapi bisa ngiringin lagu apapun. Sebagian besar syair lagu berupa celotehan mereka yang selalu berakhir dengan kalimat tekewerkewerrrr ... klueerrrrr ....

Toilet? Jangan harap buang hajat di ekonomi. Lha wong closetnya aja buat sandaran kepala orang tidur.

Di setiap stasiun. Yah, yang namanya kereta murah pasti langganan disalip sama yang namanya senja utama, taksaka, argolawu, dan juga argo2 lainnya itu ... Tapi yang ngangenin adalah hiruk-pikuk orang jualan. Dari jenis barang yang dijual orang sambil merem tahu kereta udah sampe mana. Jadi semacam landmark. Nasi bungkus bisa dipastikan kereta masuk Cirebon. Nopia dan gethuk goreng? tentu Purwokerto. Nasi ikan ayam .. nah ini khas Jogja. Hanya orang Jogja yang menyebut daging dengan kata ikan (iwak). Iwak pitik, iwak asu, iwak sapi. Buat yang ga ngerti akan mikir : ikan berbentuk ayam ... jadi ada ayam berenang di sungai atau laut. Gitu?

Makanan & minuman. Buat teman2 yang suatu ketika akan naik kereta ekonomi. Belilah minuman panas sejak pertamakali diedarkan. Ditanggung (insya Allah) masih bersih. Itu aja masih sering nemuin bagian gelas yang licin dan berlendir hiiii ...
Tapi soal minuman, kami seneng banget dengan penjual minuman sachet (coffeemix, kopi kapal api, dll ). Selain terjamin kebersihannya aku juga belajar ilmu design product dari mereka. Pinter banget mengemas thermos, untaian sachet minuman, cangkir plastik dalam satu kemasan. Hebat!!

Dari semua keriuhan itu ada juga yang mengharukan. Sebut aja para masinis yang harus bertanggungjawab terhadap ratusan penumpang. Suatu ketika aku melongokkan kepala dari pintu. Melihat mereka jaga malam ketika semua orang tertidur pulas. Buka mata lebar-lebar di dalam kereta yang berkecepatan tinggi. Kadang sebagian badan keluar jendela. Kasih semboyan atau kode kepada petugas sinyal di darat di daerah perbukitan atau hutan yang jauh dari keramaian kota. Semakin mengharukan kalau melihat petugas sinyal tersebut udah sepuh, menaik-turunkan lampu di tangannya. Apalagi kalau pas ujan. Gaji mereka kecil. Kadang habis hanya untuk menghabiskan malam bersama pelacur di stasiun. Kalah terhadap himpitan kebutuhan hidup dan kelelahan, atau mungkin juga meredam rasa salah ketika malam2 melihat orang tertabrak dan tergilas lokomotif yang dikemudikannya. Penumpang ga pernah tahu ...

hmmm ... ngangeni ... semoga perjalanan bersama Nila dan keluarga menyenangkan. Juga untuk sowan Simbah di Wonosari. Wah, peristiwa yang sangat indah ya ...

1 comment:

Unknown said...

Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)