Monday, February 23, 2009

"AANGEBONDEN DOOR"

Tidak mudah untuk mencari alat transportasi dari Gereja Katedral ke arah Jl. Jend. Sudirman. Busway yang tersedia bisa diakses harus dengan terlebih dahulu berjalan kaki sampai di muka stasiun kereta api Juanda. Cukup jauh. Begitu yang kurasakan di suatu hari Minggu : bingung mencari alat transportasi yang praktis dan murah maka aku berjalan menuju halte busway terdekat. Tetapi sesampai di depan halte kuurungkan niatku. Ada perasaan yang membawaku ingin berjalan kaki menuju arah Harmoni. Kupikir ada apa di sana ya? Apa yang bisa kulakukan untuk mengisi waktu hari ini? Tiba-tiba terpikir olehku untuk menikmati situasi mendung di tengah suasana alami penuh pohon rindang, dan tempat yang menarik saat ini adalah Museum Taman Prasasti. Kenapa tidak? Di bawah naungan pohon besar di dalamnya aku bisa santai membaca.

Museum Taman Prasasti terletak di jalan Kober wilayah Kebon Jahe. Dulu tempat ini adalah sebuah pemakaman masyarakat Eropa Nasrani. Maka tak heran kalau setting yang ada dibuat seakan-akan tetap sebuah makam Eropa dengan corak yang khas : teduh dan tidak mengesankan ngeri.

Waktu hendak memasuki area ini aku sempat berpikir bahwa suasananya pasti sepi mengingat kecilnya minat masyarakat Indonesia untuk mengunjungi museum. Ternyata dugaanku salah. Setelah membeli tiket seharga dua ribu rupiah dan masuk ke dalamnya kulihat banyak anak-anak muda berpakaian a la pesta Helloween. Mereka melampiaskan darah muda dengan berfoto. Seru sekali.

Waktu berjalan masuk melintasi prasasti-prasasti makam aku berpikir situasinya tidak jauh berbeda dengan ketika tahun 2006, saat mengunjungi tempat ini bersama dua orang ahli sejarah-perkotaan, yaitu Adolf Heuken-seorang pastor Jesuit dan Budi Lim-seorang urban architect yang sangat aku hormati. Dari merekalah aku memperoleh banyak informasi mengenai makam ini, yang merupakan bagian dari denyut kejayaan Batavia tempo dulu.

Dikatakan rapi juga tidak. Blok-blok nisan yang ada tidak ditata rapi. Begitupula dengan patung-patung malaikat yang banyak rusak di sana-sini. Tapi sekilas suasana tenang tetap terjaga.

"Saya rasa tidak semua yang sekarang ada di sini adalah makam sungguhan. Mungkin tinggal prasastinya", begitu komentar Pater Heuken tiga tahun yang lalu. Tambahnya lagi : "Tapi yang jelas, bagi orang Eropa makam bukanlah sosok yang menakutkan. Banyak makam dikunjungi dan dianggap sebagai taman umum. Kedamaian sejati memang ada di dalam makam."

***
Banyak patung malaikat yang kulihat. Semuanya bagus, indah, dan hampir-hampir dibuat dengan postur yang gagah, kecuali satu-entah kenapa begitu melihatnya aku begitu terpesona-menyiratkan wajah yang welas. Bersujud dengan satu kaki, postur badan kecil, memegang sebuah nampan persembahan. Dia terletak di bagian atas sebuah batu nisan. Tulisan yang tertera, baik pada batu nisan maupun patung tidak seluruhnya jelas, kecuali sebuah kalimat di kaki patung : AANGEBONDEN DOOR. Karena menyukainya maka aku memilih tempat yang sangat teduh ini untuk membaca.

***
Menjelang pukul 14.00 hujan turun. Aku memutuskan menyudahi kunjungan hari ini. Sesampai di gerbang kulihat lagi kereta kuda pengangkut jenazah. Kembali terngiang kata-kata Pater Heuken 3 tahun yang lalu : "Dulu, orang-orang Eropa membawa jenazah menggunakan perahu lewat kali Krukut. Sampai di ujung kali jenazah tersebut dijemput menggunakan kereta jenazah ini. Selama perjalanan dari kali Krukut sampai makam rombongan pengantar jenazah diiringi bunyi lonceng teng ... teng ... teng ... teng ...."

Kubayangkan situasi yang diceritakan Pater. Kubayangkan juga situasi sekarang : kali Krukut yang hitam pekat berbau. Mengalir pelan. Di atasnya bertengger halte Busway yang besar dan tidak terawat. Di sebelah kiri-kanannya terhampar jalan raya Hayam Wuruk-Gajah Mada yang penuh dengan kendaraan. Hampir tidak ada lagi bangunan yang baik di tepiannya. Dan bila malam tiba situasinya berubah menjadi tempat aktifitas yang menebarkan aroma mesum. Rasa-rasanya aku juga menyumbang salah di dalamnya, karena sebagai arsitek aku juga tidak bisa membuatnya menjadi lebih baik.