Saturday, January 21, 2012

Perginya seorang Abdi

Sering kudengar orang-orang mengeluh tentang pembantu di jaman ini. Keluhan yang paling umum adalah tidak adanya sikap pengabdian.

Pagi ini aku beroleh berita tentang kepergian seorang pembantu keluarga besar kami. Namanya unik untuk telinga orang Jawa: Maria Uwuh. Maria adalah nama baptis sejak dia menjadi Katolik, dan Uwuh berarti sampah. Tapi kami cukup menyapa Mbok Adi atau disingkat saja: Simbok.

Mbok Adi berasal dari Plered Bantul. Jauh di sebelah Selatan Yogyakarta. Bisa jadi dia adalah salah satu keturunan keluarga Tepasana di jaman pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, kala kerajaan Islam Mataram belum pecah menjadi Yogyakarta dan Surakarta. Atau bisa jadi juga moyangnya adalah orang-orang yang ikut membangun dan menjaga waduk Segarayasa. Itu, waduk yang sangar terkenal. Indah mengelilingi kraton Mataram. Jiwa Mataram ini yang tertanam sangat kuat dalam diri Mbok Adi, yakni sikap seorang Abdi.

Kata abdi sering dikaitkan dengan pembantu. Tapi kata abdi sebetulnya lebih kepada melayani dalam arti yang dalam, yaitu setiawan dan yang dipercaya. Jauh dari sekedar kata pembantu dalam pandangan umum yang berkonotasi objek belaka.

Para Abdi Dalem kraton sangat bangga dengan perannya sebagai abdi. Dia adalah objek sekaligus subjek. Dua hal yang sebetulnya satu, seperti dua sisi pada satu mata uang.

Menjadi objek adalah suatu cara menjadikan diri rendah. Menjadi subjek adalah suatu kemenangan. Dalam hal ini apa kemenangannya? Ialah kesadaran untuk menjadi rendah. Kesadaran adalah salah satu tanda kemenangan manusia sebagai mahluk yang luhur. Dan kesadaran menjadi objek sekali-kali bukan suatu kebodohan melainkan sikap rendah hati.

Secara khusus aku mencatat sikap Mbok Adi sebagai cara beriman yang khas, yaitu orang yang melayani dengan gembira. Dengan demikian dia menjalankan tugas dengan sungguh hati dan sadar. Cara beriman seperti ini buatku tampak hidup karena menghadirkan Tuhan sesuai kemampuan manusia, pada hal-hal yang riil melalui orang-orang dan tugas -tugas yang kita abdi sehari- hari.

Selamat jalan, Mbok Adi. Kelak jika dunia semakin muram dan penuh perhitungan, aku bisa bercerita kepada generasi penerusku jika mereka bertanya," pernahkah ada pengabdian yang tulus dari seorang abdi di dunia ini?". Maka aku bisa menjawab karena aku sudah melihat, bercakap, dan bersentuhan dengannya. Dan seandainya Tuhan sendiri yang hadir dalam wujud abdi itu, maka beruntungnya aku bisa melihat, bercakap, dan bersentuhan denganNya.

No comments: